Kamis, 12 November 2009

sejarah jepara


Asal nama Jepara berasal dari perkataan Ujung Para, Ujung Mara dan Jumpara yang kemudian menjadi Jepara, yang berarti sebuah tempat pemukiman para pedagang yang berniaga ke berbagai daerah. Menurut buku “Sejarah Baru Dinasti Tang (618-906 M)” mencatat bahwa pada tahun 674 M seorang musafir Tionghoa bernama I-Tsing pernah mengunjungi negeri Holing atau Kaling atau Kalingga yang juga disebut Jawa atau Japa dan diyakini berlokasi di Keling, kawasan timur Jepara sekarang ini, serta dipimpin oleh seorang raja wanita bernama Ratu Shima yang dikenal sangat tegas.

Menurut seorang penulis Portugis bernama Tome Pires dalam bukunya “Suma Oriental”, Jepara baru dikenal pada abad ke-XV (1470 M) sebagai bandar perdagangan yang kecil yang baru dihuni oleh 90-100 orang dan dipimpin oleh Aryo Timur dan berada dibawah pemerintahan Demak. Kemudian Aryo Timur digantikan oleh putranya yang bernama Pati Unus (1507-1521). Pati Unus mencoba untuk membangun Jepara menjadi kota niaga.

Pati Unus dikenal sangat gigih melawan penjajahan Portugis di Malaka yang menjadi mata rantai perdagangan nusantara. Setelah Pati Unus wafat digantikan oleh ipar Faletehan /Fatahillah yang berkuasa (1521-1536). Kemudian pada tahun 1536 oleh penguasa Demak yaitu Sultan Trenggono, Jepara diserahkan kepada anak dan menantunya yaitu Ratu Retno Kencono dan Pangeran Hadiri suami. Namun setelah tewasnya Sultan Trenggono dalam Ekspedisi Militer di Panarukan Jawa Timur pada tahun 1546, timbulnya geger perebutan tahta kerajaan Demak yang berakhir dengan tewasnya Pangeran Hadiri oleh Aryo Penangsang pada tahun 1549.

Kematian orang-orang yang dikasihi membuat Ratu Retno Kencono sangat berduka dan meninggalkan kehidupan istana untuk bertapa di bukit Danaraja. Setelah terbunuhnya Aryo Penangsang oleh Sutowijoyo, Ratu Retno Kencono bersedia turun dari pertapaan dan dilantik menjadi penguasa Jepara dengan gelar NIMAS RATU KALINYAMAT.

Pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat (1549-1579), Jepara berkembang pesat menjadi Bandar Niaga utama di Pulau Jawa, yang melayani eksport import. Disamping itu juga menjadi Pangkalan Angkatan Laut yang telah dirintis sejak masa Kerajaan Demak.

Sebagai seorang penguasa Jepara, yang gemah ripah loh jinawi karena keberadaan Jepara kala itu sebagai Bandar Niaga yang ramai, Ratu Kalinyamat dikenal mempunyai jiwa patriotisme anti penjajahan. Hal ini dibuktikan dengan pengiriman armada perangnya ke Malaka guna menggempur Portugis pada tahun 1551 dan tahun 1574. Adalah tidak berlebihan jika orang Portugis saat itu menyebut sang Ratu sebagai “RAINHA DE JEPARA”SENORA DE RICA”, yang artinya Raja Jepara seorang wanita yang sangat berkuasa dan kaya raya.

Serangan sang Ratu yang gagah berani ini melibatkan hamper 40 buah kapal yang berisikan lebih kurang 5.000 orang prajurit. Namun serangan ini gagal, ketika prajurit Kalinyamat ini melakukan serangan darat dalam upaya mengepung benteng pertahanan Portugis di Malaka, tentara Portugis dengan persenjataan lengkap berhasil mematahkan kepungan tentara Kalinyamat.

Namun semangat Patriotisme sang Ratu tidak pernah luntur dan gentar menghadapi penjajah bangsa Portugis, yang di abad 16 itu sedang dalam puncak kejayaan dan diakui sebagai bangsa pemberani di Dunia.

Dua puluh empat tahun kemudian atau tepatnya Oktober 1574, sang Ratu Kalinyamat mengirimkan armada militernya yang lebih besar di Malaka. Ekspedisi militer kedua ini melibatkan 300 buah kapal diantaranya 80 buah kapal jung besar berawak 15.000 orang prajurit pilihan. Pengiriman armada militer kedua ini di pimpin oleh panglima terpenting dalam kerajaan yang disebut orang Portugis sebagai “QUILIMO”.

Walaupun akhirnya perang kedua ini yang berlangsung berbulan-bulan tentara Kalinyamat juga tidak berhasil mengusir Portugis dari Malaka, namun telah membuat Portugis takut dan jera berhadapan dengan Raja Jepara ini, terbukti dengan bebasnya Pulau Jawa dari Penjajahan Portugis di abad 16 itu.

Sebagai peninggalan sejarah dari perang besar antara Jepara dan Portugis, sampai sekarang masih terdapat di Malaka komplek kuburan yang di sebut sebagai Makam Tentara Jawa. Selain itu tokoh Ratu Kalinyamat ini juga sangat berjasa dalam membudayakan SENI UKIR yang sekarang ini jadi andalan utama ekonomi Jepara yaitu perpaduan seni ukir Majapahit dengan seni ukir Patih Badarduwung yang berasal dari Negeri Cina.

Menurut catatan sejarah Ratu Kalinyamat wafat pada tahun 1579 dan dimakamkan di desa Mantingan Jepara, di sebelah makam suaminya Pangeran Hadiri. Mengacu pada semua aspek positif yang telah dibuktikan oleh Ratu Kalinyamat sehingga Jepara menjadi negeri yang makmur, kuat dan mashur maka penetapan Hari Jadi Jepara yang mengambil waktu beliau dinobatkan sebagai penguasa Jepara atau yang bertepatan dengan tanggal 10 April 1549 ini telah ditandai dengan Candra Sengkala TRUS KARYA TATANING BUMI atau terus bekerja keras membangun daerah.

TRAGEDI SEMANGGI


Tragedi Semanggi menunjuk kepada dua kejadian protes masyarakat terhadap pelaksanaan dan agenda Sidang Istimewa yang mengakibatkan tewasnya warga sipil. Kejadian pertama dikenal dengan Tragedi Semanggi I terjadi pada 11-13 November 1998, masa pemerintah transisi Indonesia, yang menyebabkan tewasnya 17 warga sipil. Kejadian kedua dikenal dengan Tragedi Semanggi II terjadi pada 24 September 1999 yang menyebabkan tewasnya seorang mahasiswa dan sebelas orang lainnya di seluruh jakarta serta menyebabkan 217 korban luka - luka.

Pada bulan November 1998 pemerintahan transisi Indonesia mengadakan Sidang Istimewa untuk menentukan Pemilu berikutnya dan membahas agenda-agenda pemerintahan yang akan dilakukan. Mahasiswa bergolak kembali karena mereka tidak mengakui pemerintahan ini dan mereka mendesak pula untuk menyingkirkan militer dari politik serta pembersihan pemerintahan dari orang-orang Orde Baru.

Masyarakat dan mahasiswa menolak Sidang Istimewa 1998 dan juga menentang dwifungsi ABRI/TNI karena dwifungsi inilah salah satu penyebab bangsa ini tak pernah bisa maju sebagaimana mestinya. Benar memang ada kemajuan, tapi bisa lebih maju dari yang sudah berlalu, jadi, boleh dikatakan kita diperlambat maju. Sepanjang diadakannya Sidang Istimewa itu masyarakat bergabung dengan mahasiswa setiap hari melakukan demonstrasi ke jalan-jalan di Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Peristiwa ini mendapat perhatian sangat besar dari dunia internasional terlebih lagi nasional. Hampir seluruh sekolah dan universitas di Jakarta, tempat diadakannya Sidang Istimewa tersebut, diliburkan untuk mecegah mahasiswa berkumpul. Apapun yang dilakukan oleh mahasiswa mendapat perhatian ekstra ketat dari pimpinan universitas masing-masing karena mereka di bawah tekanan aparat yang tidak menghendaki aksi mahasiswa. Sejarah membuktikan bahwa perjuangan mahasiswa tak bisa dibendung, mereka sangat berani dan jika perlu mereka rela mengorbankan nyawa mereka demi Indonesia baru.

Pada tanggal 12 November 1998 ratusan ribu mahasiswa dan masyrakat bergerak menuju ke gedung DPR/MPR dari segala arah, Semanggi-Slipi-Kuningan, tetapi tidak ada yang berhasil menembus ke sana karena dikawal dengan sangat ketat oleh tentara, Brimob dan juga Pamswakarsa (pengamanan sipil yang bersenjata bambu runcing untuk diadu dengan mahasiswa). Pada malam harinya terjadi bentrok pertama kali di daerah Slipi dan puluhan mahasiswa masuk rumah sakit. Satu orang pelajar, yaitu Lukman Firdaus, terluka berat dan masuk rumah sakit. Beberapa hari kemudian ia meninggal dunia.

Esok harinya Jum'at tanggal 13 November 1998 ternyata banyak mahasiswa dan masyarakat sudah bergabung dan mencapai daerah Semanggi dan sekitarnya, bergabung dengan mahasiswa yang sudah ada di depan kampus Atma Jaya Jakarta. Jalan Sudirman sudah dihadang oleh aparat sejak malam hari dan pagi hingga siang harinya jumlah aparat semakin banyak guna menghadang laju mahasiswa dan masyarakat. Kali ini mahasiswa bersama masyarakat dikepung dari dua arah sepanjang Jalan Jenderal Sudirman dengan menggunakan kendaraan lapis baja.

Jumlah masyarakat dan mahasiswa yang bergabung diperkirakan puluhan ribu orang dan sekitar jam 3 sore kendaraan lapis baja bergerak untuk membubarkan massa membuat masyarakat melarikan diri, sementara mahasiswa mencoba bertahan namun saat itu juga terjadilah penembakan membabibuta oleh aparat dan saat di jalan itu juga sudah ada mahasiswa yang tertembak dan meninggal seketika di jalan. Ia adalah Teddy Wardhani Kusuma, merupakan korban meninggal pertama di hari itu.

Mahasiswa terpaksa lari ke kampus Atma Jaya untuk berlindung dan merawat kawan-kawan dan masyarakat yang terluka. Korban kedua penembakan oleh aparat adalah Wawan, yang nama lengkapnya adalah Bernadus R Norma Irawan, mahasiswa Fakultas Ekonomi Atma Jaya, Jakarta, tertembak di dadanya dari arah depan saat ingin menolong rekannya yang terluka di pelataran parkir kampus Atma Jaya, Jakarta. Mulai dari jam 3 sore itu sampai pagi hari sekitar jam 2 pagi terus terjadi penembakan terhadap mahasiswa di kawasan Semanggi dan saat itu juga lah semakin banyak korban berjatuhan baik yang meninggal tertembak maupun terluka. Gelombang mahasiswa dan masyarakat yang ingin bergabung terus berdatangan dan disambut dengan peluru dan gas airmata. Sangat dahsyatnya peristiwa itu hingga jumlah korban yang meninggal mencapai 15 orang, 7 mahasiswa dan 8 masyarakat. Indonesia kembali membara tapi kali ini tidak menimbulkan kerusuhan.

Anggota-anggota dewan yang bersidang istimewa dan tokoh-tokoh politik saat itu tidak peduli dan tidak mengangap penting suara dan pengorbanan masyarakat ataupun mahasiswa, jika tidak mau dikatakan meninggalkan masyarakat dan mahasiswa berjuang sendirian saat itu. Peristiwa itu dianggap sebagai hal lumrah dan biasa untuk biaya demokrasi. "Itulah yang harus dibayar mahasiswa kalau berani melawan tentara".Pada bulan November 1998 pemerintahan transisi Indonesia mengadakan Sidang Istimewa untuk menentukan Pemilu berikutnya dan membahas agenda-agenda pemerintahan yang akan dilakukan. Mahasiswa bergolak kembali karena mereka tidak mengakui pemerintahan B. J. Habibie dan tidak percaya dengan para anggota DPR/MPR Orde Baru. Mereka juga mendesak untuk menyingkirkan militer dari politik serta pembersihan pemerintahan dari orang-orang Orde Baru.

Jumlah korban yang didata oleh Tim Relawan untuk Kemanusiaan berjumlah 17 orang korban, yang terdiri dari 6 orang mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi di Jakarta, 2 orang pelajar SMA, 2 orang anggota aparat keamanan dari POLRI, seorang anggota Satpam Hero Swalayan, 4 orang anggota Pam Swakarsa dan 3 orang warga masyarakat. Sementara 456 korban mengalami luka-luka, sebagian besar akibat tembakan senjata api dan pukulan benda keras, tajam/tumpul. Mereka ini terdiri dari mahasiswa, pelajar, wartawan, aparat keamanan dan anggota masyarakat lainnya dari berbagai latar belakang dan usia, termasuk Ayu Ratna Sari, seorang anak kecil berusia 6 tahun, terkena peluru nyasar di kepala

Pada 24 September 1999, untuk yang kesekian kalinya tentara melakukan tindak kekerasan kepada aksi-aksi mahasiswa. Kala itu adanya pendesakan oleh pemerintahan transisi untuk mengeluarkan Undang-Undang Penanggulangan Keadaan Bahaya (UU PKB) yang materinya menurut banyak kalangan sangat memberikan keleluasaan kepada militer untuk melakukan keadaan negara sesuai kepentingan militer. Oleh karena itulah mahasiswa bergerak dalam jumlah besar untuk bersama-sama menentang diberlakukannya UU PKB. Mahasiswa dari Universitas Indonesia, Yun Hap meninggal dengan luka tembak di depan Universitas Atma Jaya.

Selain di Jakarta, pada aksi penolakan UU PKB ini korban juga berjatuhan di Lampung dan Palembang. Pada Tragedi Lampung 28 September 1999, 2 orang mahasiswa Universitas Lampung, Muhammad Yusuf Rizal dan Saidatul Fitriah, tewas tertembak di depan Koramil Kedaton. Di Palembang, 5 Oktober 1999, Meyer Ardiansyah (Universitas IBA Palembang) tewas karena tertusuk di depan Markas Kodam II/Sriwijaya.

Kamis, 05 November 2009

pembabakan jaman


PEMBABAKAN ZAMAN SEJARAH

1. BERDASARKAN TINGKAT KEHIDUPAN
a. Zaman Arkeozoikum
ciri-cirinya adalah belum ada kehidupan karena kulit bumi masih sangat panas.
b. Zaman Paleozoikum
ciri-cirinya adalah telah ada kehidupan binatang-binatang kecil tak bertulang belakang.
c. Zaman Mesozoikum
ciri-cirinya adalah ditandai dengan munculnya reptil raksasa (dinosaurus)
d. Zaman kenozoikum
- tersier : ditandai dengan kehidupan jenis kera dan kera-manusia
- kuarter : ditandai dengan kehidupan jenis manusia purba
2. BERDASARKAN PERALATAN ATAU BENDA-BENDA YANG DIGUNAKAN
ZAMAN BATU
a. Zaman Paleolithikum (Zaman Batu Tua)
ciri-cirinya : food gathering (mengumpulkan makanan), hidup nomaden (berpindah-pindah), peralatan yang digunakan kapak penetak atau kapak genggam (chopper), kapak perimbas, alat-alat tulang dan tanduk rusa serta flake (batu-batu kecil). Manusia purba pendukung zaman ini antara lain megantrophus palaeojavanicus, pithecantrophus erectus, pithecantropus mojokertensis, pithecantropus robustus, homo soloensis, homo wajakensis, dan sinantropus pekinensis.
b. Zaman Mesolithikum (Zaman Batu Menengah)
Ciri-cirinya : hidup semi nomaden (sebagian sudah menetap dan sebagian masih berpindah-pindah), di temukan Abris sourroche (gua-gua tempat tinggal) dan kjokken modinger (dapur sampah, peralatan yang digunakan adalah kapak genggam (pebble), alat dari tulang (bone culture), flake, kapak pendek (hache courte). Manusia pendukung zaman ini adalah papua melanesoide (suku irian indonesia, suku sakai siak, suku aeta filifina, suku aborigin Australia, dan suku semang malaysia).
c. Zaman Neolithikum (Zaman batu Muda)
Ciri-cirinya : food producing (menghasilkan makanan), tempat tinggal menetap, peralatan yang digunakan adalah kapak persegi dan kapak lonjong. Pendukung zaman ini adalah Proto Melayu (Suku Nias, Toraja, Sasak, dan Dayak).
d. Zaman Megalithikum (Zaman Batu Besar)
Ciri-cirinya : ditemukan bangunan-bangunan dari batu besar, antara lain:
- menhir : tugu batu untuk pemujaan roh nenek moyang
- dolmen : meja batu yang berfungsi sebagai tempat sesaji
- sarkofagus : keranda untuk menyimpan jenazah
- kubur batu : tempat menguburkan jenazah
- punden berundak : bangunan pemujaan yang bertingkat-tingkat.
Pendukung zaman ini adalah Proto Melayu (Suku Nias, Toraja, Sasak, dan Dayak).
ZAMAN LOGAM
Peralatan yang dihasilkan adalah kapak corong, candrasa(kapak corong yang salah satu sisinya panjang), nekara (alat tabuh ), moko (alat upacara), alat-alat pertanian, perhiasan. Pendukung zaman ini adalah Deutro Melayu (Melayu Muda).

MANUSIA PURBA
1. Megantropus Palaeojavanicus
Jenis ini dianggap sebagai manusia purba tertua yang hidup di Jawa. Ditemukan oleh Von Koenigswald di Sangiran, lembah sungai Bengawan Solo, pada tahun 1941.
2. Pithecantropus Erectus
Manusia kera yang berjalan tegak. Ditemukan oleh Eugene Dubois di Trinil pada tahun 1890. Jenis ini yang dianggap "The Missing Link " pada teori evolusi Darwin.
3. Pithecantropus Robustus dan Pithecantropus Mojokertensis
Ditemukan oleh Von Koenigswald di Lembah sungai Brantas pada tahun 1936.
4. Homo Soloensis dan Homo Wajakensis
Ditemukan pada tahun 1931-1934. Homo Soloensis ditemukan di Solo oleh Ter Haar dan Oppernoorth. Homo Wajakensis ditemukan di Wajak oleh Von Rietschoten.
5. Homo Pekinensis atau Sinantropus Pekinensis
Ditemukan di gua Chuokotien, Cina oleh Davidson Black.
6. Homo Afrikanensis / Homo Rhodesianensis
Ditemukan di gua Broken Hill, Rhodesia oleh Raymond Dart dan Robert Brom.
7. Homo Neanderthalensis
Ditemukan di lembah sungai Neander, Jerman oleh Rudolf Virchow.

mesozoikum


MESOZOIKUM

 

Menurut pendapat para ahli, mesozoikum dapat diartikan sebagain berikut :

1.)    M.K Tadjudin : Mesozoa / Mesozoikum adalah suatu masa yang dikaitkan dengan  umur bumi. Masa ini berlangsung antara 205 – 135 juta tahun yang lalu. Secara harfiah mesozoikum berarti “umur pertengahan”. Masa ini disebut sebagai zaman “Gymnospermae” karena banyak dijumpai tumbuhan gymnospermae yang hidup pada masa ini.

2.)    Teuku Jacob : Masa mesozoikum berlangsung pada 225 – 65 juta tahun yang lalu. Masa ini terbagi menjadi zaman Trias, Jura, Creta. Masa ini disebut sebagai zaman “Gemilang Reptilia”. Mamalia, Aves, dan ikan mulai berkembang di masa ini, terutama ikan bertulang sejati (osteichthyes)

3.)    Dermawan Sumardi : Masa ini berlangsung pada 225 – 70 juta tahun yang lalu. Peran invertebrata mulai tergantikan oleh reptile. Pada masa itu laut banyak menggenangi daratan.

Berdasarkan pendapat para ahli tadi, dapat disimpulkan bahwa masa mesozoikum berlangsung dari 65 – 245 juta tahun yang lalu. Pada masa mesozoikum ini terbagi menjadi 3 zaman. Yaitu zaman Trias, Jura, Kapur. Kehidupan yang terjadi pada masa mesozoikum ini didominasi oleh reptil, baik itu dari darat, laut, maupun udara. Masing – masing zaman pada masa mesozoikum ini dicirikan dengan adanya kehidupan tertentu maupun peristiwa – peristiwa geologis khusus.

 

A. Zaman Trias

          Zaman Trias berlangsung sejak 245 – 208 juta tahun yang lalu. Nama Trias diusulkan oleh F. von Alberti, seorang ahli geologi berkebangsaan jerman. Nama Trias diambil dari perkembangan endapan Mesozoikum yang didapat di cekungan Jerman, yang kemudian dianggap sebagai wilayah tipe untuk Sistem Trias, walaupun singkapan yang relatif lengkap dan banyak mengandung fosil justru didapatkan di Amerika bagian barat, Amerika bagian timur dan Kanada. Sistem Trias terbagi menjadi 3 bagian, yaitu Trias Bawah, Trias Tengah, Trias Atas. Adapun pengertian dari 3 bagian tersebut adalah :

 

1.)    Trias Bawah :

Yang dikenal dengan nama setempat sebagai Buntsandstein merupakan seni sedimentasi yang terjadi di darat dan terdiri dari batu pasir, batu lempung, konglomerat dengan beberapa bagian terdapat sisipan endapan laguna. Warna seri sedimen tersebut dari merah cerah hingga lembayung.

2.)    Trias Tengah :

Yang dikenal dengan nama setempat sebagai Muschelka merupakan seni sedimentasi yang terjadi di laut yang mencapai ketebalan kurang lebih 200 m.

3.)    Trias Atas :

Yang dikenal dengan nama setempat sebagai Keuper merupakan seni sedimen yang seluruhnya diendapkan di darat. Pada bagian alasnya terdiri dari dolomit dan gipsum yang merupakan endapan penguapan, yang diakhiri dengan batu pasir yang diendapkan di sungai dengan fosil tumbuh – tumbuhan yang menyerupai ekor kuda yang dikenal dengan nama setempat sebagai Schlifsandstein.

Perkembangan kehidupan pada zaman Trias menunjukkan banyak terjadi perubahan baik untuk jenis Fauna terutama untuk golongan Vertebrata maupun golongan Invertebrata. Golongan Invertebrata Pilum Brachiopoda dan Pilum Mollusca serta Pilum Arthropoda. Untuk Pilum Mollusca termasuk di antaranya dari Kelas Pelecypoda dan Kelas Cephalopoda sedang untuk Pilum Arthropoda khususnya yang termasuk Kelas Crustacea. Demikian pula untuk jenis flora menunjukan adanya perkembangan yang pesat. Untuk jenis Vertebrata khususnya yang termasuk Reptilia sudah mulai dikenal Rutiodon (sebangsa Phytosaurus) yang mulai muncul semula hidup dalam lingkungan air kemudian mengadaptasikan diri hidup dalam lingkungan darat yang kemudian punah pada zaman ini. Selain itu yang mulai muncul pada zaman ini pula antara lain yang termasuk dinosaurus ialah Anchiasaurus, Cynognathus, Thrinacodon, placerias gigas, Inchtyosurus yang berkembang pada Zaman Trias dan punah pula pada akhir Zaman Trias.

Didasarkan atas fasiesnya Sistem Trias di Indonesia dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

1.)    Indonesia bagian barat : dengan macam fasies bermula dari fasies paralas, volkanik, laut, terutama berkembang sebagai batu gamping. Perkembanganya meliputi beberapa bagian dari Sumatra, Kalimantan (serta Malaya) dan pulau – pulau kecil di antara ketiga daerah tersebut.

2.)    Indonesia bagian timur : dengan macam fasies seperti perkembangan di Indonesia bagian barat, hanya di tempat ini tidak dijumpai fasies volkanik, terutama berkembang sebagai batu gamping. Perkembanganya meliputi Sulawesi timur dan tenggara, pulau – pulau kecil di kepulauan Nusa Tenggara antara lain Pulau Roti, Pulau Timor, Pulau Leti, Pulau Tanimbar, Pulau Kei, Pulau Seram, Pulau Buru dan Pulau Buton.

Di Indonesia bagian timur pada zaman Trias terjadi peristiwa genang laut di bagian bawah umumnya terdiri dari batuan klastik yang berbutir kasar antara lain breksi, konglomerat yang kemudian diikuti dengan batu pasir, serpih yang mengandung bitumina yang kemudian diakhiri dengan napai dan batu gamping.

Dari Kesamaan Fasies batuan Trias di pulau – pulau Indonesia timur dapat ditarik kesimpulan bahwa pulau – pulau tersebut setidak – tidaknya pada Zaman Trias Atas termasuk dalam satu lingkungan sedientasi yang selalu mengalami penurunan atau dikatakan merupakan daerah pelamparan Geosinklin Banda. Geosinklin ini memanjang ke arah barat daya yang kemudian bersambung dengan Geosinklin Westralia sedang kea rah barat bersambung dengan Geosinklin danau.

 

B. Zaman Jura

Zaman Jura berlangsung sejak 208 – 145 juta tahun yang lalu. Nama Jura pertama kali dipakai pada tahun 1799 oleh A. von. Humboldt seorang ahli geologi berkebangsaan Jerman. Penelitian secara intensif pada saat itu dilakukan di Inggris, walupun demikian maka nama sistem ini diambilkan dari nama Pegunungan Yura yang membentang dari Perancis sampai Swiss. Tempat inilah yang kemudian digunakan sebagai daerah tipe untuk sistem Yura.

Endapan Jura baik yang terjadi di laut mupun yang di darat banyak mengandung fosil. Untuk golongan Invertebrata diwakili oleh Pilum Coelenterata, Porifera, Echinodermata dan Mollusca.

Brontosaurus merupakan salah satu anggota dari Dinosaurus yang terbesar yang hidup dan pernah dijumpai dalam bentuk fosil di Amerika dan berkembang baik hingga zaman Jura. Dari kerangka yang telah berhasil direkontruksi jenis Brontosaurus mempunyai tubuh hingga 18 feet dengan panjang hingga 67 feet.

Archaeopteryx meruapakan burung yang pertama kali dikenal dalam sejarah. Burung ini memiliki ukuran sebesar burung gagak, fosilnya dijumpai pada batu gamping litographhi di daerah Solenhoven, Bavaria. Ichtyosaurus merupakan reptile laut yang memiliki panjang tubuh 10 feet.

Endapan jura didapatkan baik di Indonesia barat maupun Indonesia Timur. Di Indonesia barat tidak banyak dijumpai endapan Jura. Ada kemungkinan bahwa sebagian besar daerah Indonesia barat pada zaman itu merupakan daratan sehingga tidak dimungkinkan terbentuknya endapan. Di Indonesia timur perkembangan endapan Jura relatif baik. Endapannya berkembang sebagai batu gamping dengan fosil Arnioceras.

Dengan memperhatikan tempat – tempat terdapatnya endapan Jura maka dapat diamnbil kesimpulan bahwa terdapat genang laut selama zaman Jura sehingga mengakibatkan seolah - olah Indonesia terbagi menjadi 3 bagian oleh palung Anambas, geosnklin Banda dan geosinklin Papua.

 

C. Zaman Kapur

          Zaman kapur berlangsung semenjak 145-65 juta tahun yang lalu. Zaman kapur dicirikan oleh suatu daur pengendapan “susut laut – genang laut – susut laut”. Selama zaman kapur berkembang bermacam – macam kehidupan. Beberapa diantaranya merupakan kelanjutan dari zaman Jura disamping terdapat pengembangan kehidupan yang baru. Diantara jenis – jens yang mencirikan untuk jaman Kapur antara lain anggota dari Pilum Protozoa khususnya dari ordo Foraminifera, Pilum Coelenterata, Pilum Mollusca, dan pilum Arthropoda. Disamping itu terdapat pula perkembangan dari golongan vertebrata maupun jenis flora.

Tyrannosaurus Rex merupakan jenis dinosaurus pemangsa terbesar yang hidup pada jaman kapur, dinosaurus ini dapat berkembang dengan panjang tubuh mencapai 45 feet dan tinggi 20 feet. Elasmosaurus merupakan golongan mamalia yang hidup di laut dan memiliki panjang antara 40 sampai 50 feet. Pterodon merupakan golongan reptil terbang yang memiliki bentang sayap 23 sampai 25 feet. Fosil dari Elasmosaurus dan Pterodon ditemukan di daerah Niobrara, Kansas, Amerika pada batu gamping.

Di Indonesia terdapta endapan-endapan yang jelas termasuk zaan kapur hanya terdapat di berbagai tempat yang terpencar. Di Indonesia bagian barat system kapur dicirikan oleh endapan klastik dengan fosil Orbitolina, meskipun fosil ini juga dijumpai pada sistem kapur yang ada di Indonesia bagian timur. Di Sumatera, di Bukit Garba, dimana di bagian bawah terdiri dari napal tufan, tufa, pilit dan marmer. Bagian atasnya terdiri dari batu rijang yang mengandung fosil Radiolaria.

Di jawa endapan yang berumur kapur telah diketahui dalam bentuk lensa-lensa batu gamping yang mengandung fosil Orbitolina terapit diantara lempung dan serpih. Endapan tersebut dijumpai di Lok Ulo, Karangsambung, selatan Banjarnegara, Jawa Tengah. Batu guling dengan fosil Orbitolina telah dijumpai dalam konglomerat Eose di Pegunungan Jiwo, selatan Klaten. Di tempat ini endapan kapur bertalian erat dengan batuan metamorf dan mungkin selaan-selaan di dalamnya.

Apabila ditinjau secara menyeluruh, karena genang laut yang terjadi pada Cenomanian mengakibatkan lautan di Indonesia menjadi lebih luas daripada zaman Jura. Daratan Philipina yang masih menjadi satu dengan daratan Papua pada waktu zaman Jura, sekarang .Sekarang oleh genang laut tersebut terbagi menjadi 2 daratan, yaitu daratan Philipina dan daratan Papua. Di bagian tenggara Indonesia, lautan menggenangi daratan bagian utara daratan Australia sehingga terjadi teluk-teluk. Pada waktu yang bersamaan maka Geosinklin Tasmania meluas ke arah utara jika dibandingkan dengan luas wilayahnya di zaman Jura.