Kamis, 10 Desember 2009

ISLAMISASI ASIA TENGGARA


Negara – negara di kawasan Asia Tenggara awal mulanya merupakan suatu wilayah yang terdiri dari kerajaan – kerajaan bercorak Hindu-Budha. Akan tetapi seiring dengan berkembangnya islam di kawasan Asia, kerajaan – kerajaan di kawasan Asia Tenggara yang kebanyakan adalah kerajaan maritim dengan pelabuhan yang besar, menjadi tempat singgah favorit bagi para pedagang islam. Para pedagang islam akhirnya mulai mengenalkan serta menyebarluaskan islam di kawasan Asia Tenggara, sehingga lambat laun islam tumbuh subur sebagai suatu agama di kawasan Asia Tenggara.
Berbagai sumber sejarah yang berkaitan dengan islamisasi Asia Tenggara, baik itu berupa kronik, hikayat, maupun sumber – sumber lainnya cukup banyak memuat penggambaran peristiwa – peristiwa gaib yang menyertai peralihan kerajaan non-islam menjadi kerajaan islam. Sehingga timbul pendapat yang menyatakan bahwa kekuatan gaib (spiritual) turut berperan dalam islamisasi Asia Tenggara.
Berlangsungnya islamisasi di Asia Tenggara telah memunculkan banyak pendapat dikalangan sejarawan, sebagian sejarawan berpendapat behwa pola perdagangan dan dominasi orang muslim dalam perdagangan di samudra hindia serta faktor politik adalah faktor pendukung pesatnya islamisasi di Asia Tenggara. Sedangkan kelompok lain berpendapat bahwa islamisasi Asia Tenggara berpusat pada kecakapan imam – imam sufi. Apapun pendapat yang menjadi polemik islamisasi Asia Tenggara, setidaknya telah memunculkan suatu pernyataan yang tidak terbantahkan, yaitu bahwa kehadiran islam di Asia Tenggara pada mulanya diawali oleh perdagagan yang acapkali diperkuat oleh kekuatan politik dan militer.
Sebelum islam menjadi agama dominan, masyarakat Asia Tenggara memiliki suatu kepercayaan yang berkaitan dengan arwah (roh/ruh) orang yang telah meninggal. Mereka percaya bahwa arwah leluhur memiliki pengaruh yang besar dalam kehidupan setiap orang. Sistem kepercayaan masyarakat Asia Tenggara sebelum kedatangan islam sarat dengan berbagai upacara pemujaan untuk orang yang sudah meninggal, sedangkan upacara pemujaan ini tidak cocok dengan ajaran islam yang menentang keras pemujaan berhala dan politeisme. Oleh karena itu sejak kedatangan islam di Asia Tenggara, sistem pemujaan terhadap arwah leluhur mengalami banyak perubahan.
Islam mengajarkan penduduk lokal Asia Tenggara bahwa agama ini mempunyai cara tersendiri yang menjamin arwah orang yang telah meninggal berada dalam keadaan tenang tanpa melalui upacara pemujaan, kerumitan upacara pemujaan (penghormatan) tehadap orang yang meninggal perlahan – lahan terganti dengan proses islami dan kata – kata yang berupa mantra juga berubah ke dalam doa – doa islami. Memang tidak dapat dipungkiri kalau sampai saat ini di kawasan Asia Tenggara masih terdapat upacara penghormatan untuk arwah leluhur, akan tetapi upacara – upacara tersebut kini telah bercorak islami.
Perdagangan di kawasan Asia Tenggara berkembang dengan cepat pada penghujung abad ke 14 hingga abad ke 17. Hal ini menyebabkan kota kota yang dijadikan sebagai pusat perdagangan berkembang dengan pesat. Seperti misalnya Malaka, Gresik, dan Makasar yang telah berkembang dalam waktu satu abad yang semula merupakan perkampungan kecil menjadi kota kosmopolitan dengan jumlah penduduk lebih dari 50 ribu jiwa. Hal ini berbanding terbalik dengan keadaan di pedalaman, salah satu contohnya adalah Malaka. Di luar kota tersebut merupakan hutan belantara yang dihuni oleh suku pedalaman atau suku kanibal bertato. Kuatnya unsur asing semakin memperkuat adanya jurang pemisah antara peradaban kota dengan peradaban pedesaan yang primitif.
Islam sering disebut sebagai Agama yang paling serasi dengan perdagangan. Didalam Al-Quran maupun Hadist dijelaskan bnyak sekali pujian-pujian bagi pedagang yang dapat dipercaya. Dengan kata lain Islam disamakan dengan kekayaan, keberhasilan dan kekuasaan, sehingga banyak orang yang memiliki ambisi dalam bidang pedagangan untuk kemudian mereka menjadi penganut islam. Mereka yang cenderung bergerak dalam dunia perniagaan akan terpikat dengan agama baru ini. Roh nenek moyang, pepohonan, dan gunung tidak dapat dibawa dalam perjalanan perniagaan. Mereka membutuhkan suatu keyakinan yang baru yang dapat diterapkan secara luas. Hal tersebut menjelaskan islam merupakan agama yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat Asia Tenggara khususnya para pedagang pada masa tersebut.
Pandangan Istana bahwa pedagang adalah kelas bawah menyebabkan hubungan pedagang dengan istana menjadi sulit terjalin. Belum lagi upacara upacara di Istana yang tidak sesuai atau bahkan bertentangan dengan ajaran islam membuat proses islamisasi dikalangan istana menjadi sulit. Negara - negara pelopor islamisasi, seperti Pasai akan menyakinkan Istana Brahmana untuk menghormati islam, terutama para pedagang. Beberapa pusat penyebaran islam seperti Banten, Gresik dan juga Demak, telah memutuskan hubungan dengan hal hal yang bersifat hindu. Tetapi kebanyakan negara tetap mempertahankan tradisinya dengan nuansa islam.
Perkembangan islam secara tidak langsung telah mendapat “restu” dari kerajaan Majapahit yang notabene merupakan kerajaan yang bercorak hindu-budha. Kita tentu mengetahui kisah tentang Raden Rahmat yang mendirikan komunitas keagamaan yang mengislamkan seseaorang yang dia pilih di daerah Ampel, padahal pada saat tersebut ampel merupakan wilayah kekuasaan Majapahit. Hal ini dapat terjadi setelah Raden Rahmad yang memiliki ikatan bangsawan dengan Majapahit mendapat ijin untuk mendirikan komunitas keagamaan di daerah Ampel.
Dalam kitab nagarakertagama, terdapat bagian yang menceritakan tentang hubungan timbal-balik pemberian upeti dari Majapahit dengan Malaya, Campa, dan Perlak yang merupakan kerajaan islam. Hal ini menunjukkan bahwa pada masa tersebut telah terjalin hubungan yang cukup baik antara Majapahit dengan penganut - penganut islam.
Perang merupakan salah satu jalan untuk melenyapkan dinasti lama dan menyakinkan penduduknya untuk menerima takdir ynag baru, demikian pula yang terjadi dalam islamisasi Asia Tenggara. Ketika islamisasi berlangsung, tidak selamanya proses ini berjalan dengan mudah bahkan seringkali harus melewati jalan peperangan.
Ketika islamisasi menempuh jalan peperangan, islam memiliki 2 keunggulan dibanding hindu-budha yang menjadi lawannya. Pertama adalah keunggulan dibidang persenjataan akibat kemakmuran dan tersedianya kontak-kontak internasional bagi orang muslim. Yang kedua adalah iman kepercayaan muslim itu sendiri. Walaupun pada awal islamisasi orang muslim merupakan minoritas kecil, namun mereka yakin bahwa Tuhan berada dipihak mereka dalam setiap medan peperangan. Hal inilah yang meningkatkan solidaritas dan kepercayaan diri orang muslim untuk terus melakukan islamisasi walaupun harus ditempuh dengan jalan peperangan.
Sepanjang islamisasi Asia Tenggara berlangsung, perdagangan muslim memainkan peran penting di beberapa kawasan Asia Tenggara, sebagai contoh adalah daerah Ayutthaya. Di beberapa wilayah kerajaan Ayutthaya terdapat beberapa kota yang gubernurnya adalah seorang muslim. Hal ini menunjukkan bahwa orang muslim telah memiliki peran penting di kerajaan – kerajaan non-muslim Asia Tenggara. Akan tetapi daerah Ayutthaya ternyata sulit untuk diubah menjadi kawasan muslim. Hal ini disebabkan Ayutthaya kurang menganggap penting sektor perniagaan, selain itu kerajaan ini juga memiliki proteksi yang ketat untuk menjaga keberlangsungan budayanya.
Selain daerah Ayutthaya, islamisasi di Siam dan Kamboja juga mengalami masa-masa sulit. Adanya intervensi asing di Siam dan kamboja telah menjadi satu penghalang dalam islamisasi. Sejaraj Siam dan kamboja mempertegas pentingnya kekuatan militer sebagai salah satu faktor penentu dalam kebangkitan islam di Asia Tenggara.
Islamisasi Asia Tenggara berlangsung dalam jangka waktu yang lama dan memakan korban yang cukup banyak. Selama berlangsungnya islamisasi, telah merubah dan memberikan suatu warna kebudayaan baru dan struktur sosial bagi masyarakat Asia Tenggara.
Sejarah telah membuktikan bahwa seringkali peperangan merupakan jalan terakhir islamisasi. Walupun orang muslim merupakan minoritas, tapi mereka mampu memenangkan peperangan. Hal ini tentu saja tidak berlangsung secara instan, tetapi disebabkan:
1) Umat muslim memiliki keunggulan dibidang persenjataan
2) Rasa solidaritas dan kepercayaan diri yang tinggi sebagai akibat dari keyakinan yang dipegang teguh oleh umat muslim itu sendiri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar